Sunday, April 17, 2016

The Killer's Tears -- Anne-Laure Bondoux

The Killer's Tears by Anne-Laura Bondoux.

My rating: 3 of 5 stars.

Angel Allegria adalah seorang pembunuh. Baginya, nyawa orang tidak ada harganya asalkan dia mendapatkan apa yang diinginkannya. Suatu hari, Angel tiba di sebuah rumah di ujung dunia, tepat sebelum laut. Rumah tersebut milik keluarga Poloverdos. Suami istri Poloverdos memiliki seorang anak bernama Paolo. Keluarga Poloverdos sering menerima dan menjamu tamu yang datang ke rumah mereka. Entah karena mereka sengaja mencari keberadaan rumah yang terpencil namun terkenal itu, atau karena pengelana sampai di sana tanpa rencana. Namun tidak dengan Angel.

Angel sengaja datang ke rumah itu untuk menghilangkan rasa lelahnya. Lelah menjadi buronan dan ingin menetap di satu tempat. Dan rumah di ujung dunia, tepat sebelum laut miliki keluarga Poloverdos adalah pilihan yang paling tepat. Dalam hitungan menit perkenalannya dengan suami istri Poloverdos, Angel menikamkan pisaunya ke pasangan tersebut. Paolo yang baru pulang, menemukan kedua orang tuanya sudah mati terbunuh, langsung mengerti apa yang terjadi.

"I've never killed a child," Angel said.
"Neither have I," said Paolo.
The answer made Angel smile.

Itulah awal dari petualangan Paolo bersama Angel. Untuk anak seusianya, Paolo termasuk kecil, dan saat ditanya kapan dia lahir, Paolo akan menjawab, "I was born the day you arrived."

Satu tahun kemudian, datanglah seorang tak dikenal ke rumah mereka. Namanya Luis Secunda. Paolo melihat gelagat Angel yang seperti ingin membunuh Luis, memutuskan untuk mencegahnya. Terutama karena dia sedang tak ingin menggali kubur untuk pria ini. Maka saat dia melihat Angel membuka laci tempatnya menyimpan pisau Paolo pun melakukan satu-satunya hal yang bisa dilakukannya: berteriak memanggilnya Papa. Angel yang terkejut mendengar Paolo memanggilnya Papa, akhirnya membolehkan Luis tinggal bersama mereka.

Dimulailah persaingan dua pria yang ingin menjadi pria yang dikagumi Paolo. Luis yang pandai membaca mengajari Paolo mengenal huruf. Sementara Angel memberinya hewan peliharaan. Angel tak ingin Luis mencuri perhatian Polo darinya. Dengan kata lain, dia cemburu.

Suatu hari, Paolo menyatakan ingin melihat pasar hewan. Dia ingin membeli kambing dan sapi untuk menggantikan ternaknya yang mati. Angel mengumpulkan keberaniannya, dan menyetujui permintaan Paolo, dan bertiga mereka pergi. Di tengah perjalanan, mereka bertemu orang Belgia yang menunggangi keledai sewaan. Kemudian mereka bertemu dengan seorang petani yang menunggangi kuda. Keduanya dirampok oleh Angel, untuk memberi mereka tunggangan ke Punta Arenas, tempat akan diadakannya pasar hewan.

Di kota, Angel tentu saja was-was. Bagaimana pun kehidupannya di tahun terakhir, dia tetaplah seorang pembunuh yang harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Rencana mereka membeli kambing dan sapi terancam gagal karena Luis bertemu seorang wanita bernama Delia, yang diam-diam mengajak Luis kabur meninggalkan Angel dan Paolo. Delia yang juga seorang pelukis, memberikan sketsa wajah Angel ke polisi sehingga tak lama kemudian, poster dengan sketsa wajahnya bertebaran di kota, memaksa Angel untuk lari menyelamatkan diri.

Dalam cerita ini, penulis seolah ingin membuktikan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa anak seorang pembunuh nantinya akan tumbuh besar menjadi seorang pembunuh juga. Paolo yang memang bukan darah daging Angel, namun dididik olehnya dengan kasih sayang, akankah menjadi seorang pembunuh juga? Dan seorang berpendidikan seperti Luis, apakah menjamin bisa membesarkan Paolo lebih baik dari Angel? Novel ini mengeksplor sisi kemanusiaan dari seorang pembunuh.

No comments: