My rating: 3 of 5 stars
Buku ini saya baca dalam rangka mengikuti Tantangan Baca GRI bulan September yang temanya: Buku dari perpustakaan. Yes, ini saya pinjam di perpus sekolah tempat saya kerja.
Ooohhh.. novel yang sangat mellow. Bikin saya lupa kalau
penulisnya adalah seorang cowok. Travis, seorang pria mapan: punya rumah,
mobil, berbagai jenis perlengkapan olah raga air, dan dikelilingi teman-teman
masa kecilnya, hidupnya terasa sempurna. Tak ada lagi yang kurang dari dirinya.
Bahkan saat akhir pekan yang dihabiskan bersama teman-teman dan keluarga
mereka, Travis merasa lengkap. Bukan berarti Travis pria bermasalah, alirannya
jelas kok, dia pria normal, kencan juga dengan wanita, dan beberapa kali
berpacaran meski tidak ada yang berlangsung lama.
Bagi Travis, hidupnya sudah sempurna. Hingga muncullah
Gabby. Tetangga baru yang saat pertama bertemu sudah memendam amarah
terhadapnya. Gabby menuduh anjing Travis, Moby, menghamili anjingnya, Molly.
Karena Molly terlihat seperti... anjing hamil. Gabby tak membuang waktu dan
menyambangi rumahnya pada malam hari, saat tamu-tamu Travis sudah pulang. Namun
kata-kata yang sudah tersusun rapi di kepalanya buyar, saat baru akan masuk
pekarangan Travis, sebuah bola tenis menghantam kepalanya dan membuatnya
gedubrak.
Dari niat awal mau ngomel, Gabby malah curcol tentang
kehidupannya yang menyedihkan, dan Travis yang tadinya bingung jadi kasian, dan
lama-lama malah suka ngeliat Gabby. Ada sesuatu di diri Gabby yang menarik
hatinya. Pertemuan selanjutnya adalah di klinik dokter hewan, saat Gabby
mengikuti saran Travis untuk memeriksa Molly. Dan yes, Molly memang hamil! Dan
Moby lah tersangka utama.
Doc. pribadi |
Pertemuan mereka selanjutnya di rumah Travis, saat dia
mengundang gerombolan teman-teman dan keluarga mereka berakhir pekan. Mereka
akan main paralayang. Gile bener, olah raganya yang ekstrim dan mihil yaa? Travis aja punya boat pribadi. Is
it possible untuk punya kehidupan cozy seperti itu? Sepertinya di desa kecil
itu semua orang makmur ya. Jadi inget perumahan di daerah Ancol sana, yang parkir bukan mobil, tapi boat. Ckckck...!
Anyway, Travis dan Gabby makin dekat di akhir pekan itu, dan
tanpa menghiraukan jeritan nuraninya, Gabby menerima cinta Travis, dan
melupakan sejenak kehadiran Kevin, pacarnya sejak jaman kuliah. Sepanjang
menjelang pertengahan buku, isinya pernyataan cinta Travis ke Gabby, bagaimana
Gabby ragu tapi mau, teruuusss.. hingga
akhirnya Gabby mendapat jawaban utnuk keresahan hatinya.
Tanpa dijelaskan bagaimana proses perpisahannya dengan
Kevin, (padahal saya pingin banget tahu, karena Kevin kan orang penting dalam
kehidupan Gabby, mestinya mah diceritain lah konflik mereka menjelang putus, ya
gak?) di episode selanjutnya Travis sudah berkeluarga selama 11 tahun, dan
memiliki dua anak bersama Gabby. Di episode ini, sangat terasa mellownya. Saya
sampe gak habis pikir kalau buku ini bukan ditulis oleh perempuan. Dan
(sayangnya) menjelang akhir cerita, saya malah jadi bosan dan merasa lelah. Ni
buku lama banget habisnya. Gak to the point, dan lammmaaaaa banget
mendeskripsikan sesuatu bikin saya nguap *hooaaahhhmmm..* Beberapa paragraf
saya skip, dan saat membaca endingnya jadi cuma bisa bilang, “oh, okay.”
Tapi untuk genre drama romance, okay laahh.. yang pastinya
sih nggak cocok ada di rak buku perpus SD tempat saya kerja. Seharusnya di rak
koleksi bacaan untuk guru ini mah! *siapa sih yang naro di situ?* parah!
Meski tergolong melow kategori agak lebay, tapi kalo ketemu bukunya Mr. Sparks mo baca lagi ah! Yang udah difilmin juga udah banyak kayaknya ya? We'll see :)
No comments:
Post a Comment