Tuesday, February 07, 2017

Getting Revenge on Lauren Wood -- Eileen Cook

Getting Revenge on Lauren Wood by Eileen Cook

My rating: 3 of 5 stars.

Helen dan Lauren bersahabat sejak bayi. Mulai dari dilahirkan di rumah sakit yang sama, di kamar yang sama, bersekolah yang sama, dan hingga masa SMP mereka tak terpisahkan. Di  mana ada Lauren, di situ ada Helen. Saat mereka bersiap hendak menjadi anak baru di SMA, Lauren memutuskan untuk mengorbankan Helen guna menjadi populer. Di sisa hari-harinya di SMP, Helen menjalani kehidupan yang sangat buruk di sekolah. Semua orang membencinya, mengucilkannya, dan menganggapnya pengadu saat beberapa anak senior berbuat kekacauan di sekolah.

Untunglah alam mendukungnya dan ayahnya mendapat penawaran kerja di New York. Helen pun semangat pindah, bahkan dengan keadaannya sekarang, dia rela pindah kemana saja, asala jangan menetap di Terrace, rumahnya sekarang.
"How would the universe send you your heart's desire if you weren't clear about what you wanted?"
Tiga tahun kemudian, saat Helen menjadi senior (tahun akhir di SMA), kedua orang tuanya yang tergila-gila pada alam, dan kedamaian dalam hati melalui meditasi dan menjalani kehidupan seperti hippie, memutuskan untuk pindah keluar New York untuk mengejar impian ayahnya menjadi peneliti di negara terpencil tanpa listrik, tanpa kemudahan modern. Lalu, bagaimana dengan Helen? Dia harus kembali ke Terrace, untuk tinggal bersama neneknya.

Pic doc pribadi
Relakah Helen kembali ke sekolah Lincoln High dan bertemu kembali dengan Lauren yang dulu menyebabkan dirinya terpuruk? Yang saya sempat bingung, emang di Terrace cuma ada satu sekolahan ya? Di Pamulang aja ada banyak pilihan! Namun seperti sudah menjadi takdir, Helen memang harus kembali ke sekolah tersebut, dan dia memutuskan untuk memberi pelajaran pada Lauren. 
"Always acknowledge perfection."
Jika selama tiga tahun di New York Helen selalu men-stalking Lauren melalui sosial medianya untuk mengetahui apa yang terjadi pada gadis itu, dan membayangkan pembalasan apa saja yang bisa dia lakukan untuk Lauren, kali ini Helen memiliki kesempatan untuk benar-benar melakukannya. Bukan cuma membayangkannya. Cita-citanya hanya sedikit kok:

1. Membuat Lauren putus dengan pacarnya
2. Mejauhkannya dari teman-temannya
3. Mengeluarkannya dari tim cheerleader

Udah kok, cuma itu. Helen yakin, setelah dendamnya terbalaskan, hidupnya akan tenang dan damai, dia akan bisa melanjutkan hidup.  Yang tidak diperhitungkannya adalah kemunculan Brenda dan Christopher. Dua orang yang kemudian menjadi penting dalam kehidupan barunya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan rencana balas dendamnya, namun aksi terakhir yang sudah keburu dijalankannya tidak sempat dibatalkan. Apakah Brenda dan Christopher, yang benar-benar tulus ingin menjadi temannya akan meninggalkannya begitu tahu rencana Helen terhadap Lauren? Dan bagaimana dengan reputasi Lauren yang ingin dihancurkannya? Apakah worth it?
"If I had to guess, Lauren's favorite saint would be Judas, patron of betrayers. I never heard either of Lauren's parents mention God, unless you counted the times her mom would say, "For the love of God, turn down the TV."
Kisah balas dendam ini sepertinya umum di novel bergenre young adult. Kisah SMA dan lika-likunya selalu menarik untuk diikuti. Bully, menusuk teman dari belakang, persahabatan, iri hati, hanyalah beberapa topik dari banyak topik di dunia remaja yang bisa dieksplor. Dan meski topik-topik tersebut sudah sering dituangkan dalam novel, tetap saja saya tidak bosan. Seru sih masa remaja itu :)

Dialog dan monolognya kocak! Beberapa kali saya terbahak saat membaca bagaimana penulis menggambarkan sesuatu kejadian secara berlebihan.
"I shrugged again. At this rate he was going to think I was a conversational retard with shoulder spasms."
Dan yang unik, kedua orang tua Helen adalah orang yang sangat percaya pada karma. Menurut mereka memaafkan lebih baik dari pada balas dendam, yang tentu saja tidak disetujui oleh Helen.
Pic doc pribadi

Ada juga nih kalimat si penulis yang sedikit membuat saya tersinggung.
"She dressed like she borrowed her clothes from a frumpy elderly librarian who had a fetish for the color beige."
Emangnya semua librarian begitu? **eh, tapi dia mah kan bahas old librarian ya? Napa saya yang tersinggung?** Merasa tua, mbak? :p

Novel ini saya baca untuk selingan setelah membaca thriller, dan sebelum balik ke thriller lagi. :D Karena sesungguhnya membaca itu sebaiknya tidak hanya satu genre saja. Buat yang suka bacaan ringan dan sweet seventeen, boleh coba baca novel ini. Novel remaja kan gak melulu khusus untuk remaja aja. Orang dewasa (baca: tua) macam saya juga boleh kaaaannn? 
"Popularity is a mathematical formula based on desirability criteria. High schools are a classic anthropological case study, and getting people to respond in the way you want is psychology. All science. It's just not the type of science that you're used to."


No comments: