Sunday, February 19, 2017

The Ice Twins -- S.K. Tremayne

The Ice Twins, by S.K. Tremayne

My rating: 4 of 5 stars

Empat belas bulan setelah kematian salah satu anak kembar mereka, Lidya, dalam sebuah kecelakaan di rumah orang tuanya, Sarah dan Angus memutuskan untuk pindah rumah, dari London ke sebuah pulau yang diwariskan Angus dari neneknya. Rumah dengan menara mercusuarnya itu membawa harapan baru bagi Sarah dan keluarganya untuk memulai hidup baru, lembaran baru, dengan kenangan yang baru.

Apalagi setelah dilihatnya Kirstie, yang sekarang menjadi anak semata wayang mereka, bersikap aneh dan bahkan mengatakan bahwa bukan Lidya yang meninggal, melainkan Kirstie. Dan dia adalah Lidya. Sarah berkonsultasi ke psikolog anak dan memutuskan untuk membiarkan kebingungan identitas itu sementara, karena fase itu akan lewat nantinya.
"Perhaps when you had a child together there was always a residual connection of love, even if it was later drowned. The love was still down there; like a sunken ship. And when you shared the death of a child you were bonded for eternity."
Rumah baru di pulau tersebut kondisinya sangat tidak ideal untuk ditempati, namun mereka berharap dengan seiring waktu, dan kerja keras memperbaikinya, kondisi akan makin membaik. Kirstie (yang ngotot ingin dipanggil  Lidya) masuk ke sekolah baru. Namun teman-temannya tidak ada yang mau berteman dengannya. Anak semata wayangnya dijauhi oleh teman-temannya di sekolah barunya. Dan suatu hari, Sarah menyaksikan sendiri Lidya bercakap-cakap dan tertawa sendiri, menggunakan bahasa kembaran dengan saudaranya kala mereka masih bersama.

Lidya memang beberapa kali menyebutkan kalau Kirstie datang dan bermain dengannya, namun Sarah tak menggubrisnya, karena hari gini? Hantu? Oh, please... Mereka tidak memercayai hantu. Namun bahkan orang-orang lokal sempat menyebutkan bahwa di tempat ini memang ada hantu yang bergentayangan.

Pic doc pribadi
Situasi rumah yang jauh dari tetangga, ditambah lagi musim dingin yang mendekati, plus badai yang mengancam datang saat Angus sedang tugas keluar pulau, membuat Sarah bingung dengan kejadian-kejadian aneh yang mulai bermunculan. Sarah pun tak mengerti mengapa Angus selalu terlihat marah, meski Angus tak pernah memukulnya atau berkata kasar padanya. Sarah mulai bertanya sebenarnya apa yang terjadi di hari Lidya (atau Kirstie?) meninggal.

Novel thriller ini benar-benar mencekam! Dan endingnya? Beuh... bikin gak berani tidur sendiri deh. Horor dan menguras emosi. Saya dengar novel ini akan difilmkan, sepertinya saya akan membuat pengecualian dan menontonnya. Karena saya nggak suka film horor. Tapi baca suka :D **iya, emang sedikit aneh**
"It's not so much my own death that is intolerable, it's the death of those around me. Because I love them. And part of me dies with them. Therefore all love, if you like, is a form of suicide."
Banyak hal tentang anak kembar yang saya tahu dari  novel ini, karena memang saat mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya, Sarah melakukan riset, dan penjelasan psikolog anak juga sangat jelas dan tidak terasa membosankan. Justru malah bikin penasaran, apakah benar itu yang dialami si anak kembar? Dan seterusnya, dan seterusnya.

A very high recommended novel for those who love thriller. *thumbs up*

No comments: