Thursday, July 27, 2017

My Grandmother Asked Me To Tell You She's Sorry -- Fredrik Backman

My Grandmother Asked Me To Tell You She's Sorry, by Fredrik Backman

My Rating: 3 of 5 stars

Hubungan nenek dengan cucu memang selalu indah. Beda banget sama hubungan orang tua dan anak. Kenapa? Karena nenek akan selalu melakukan apa pun untuk cucunya. Mau itu karena perasaan bersalah karena mengabaikan anaknya dulu (which is ortu si cucu), yang namanya kasih sayang nenek/kakek ke cucu memang tiada tara. Maka beruntunglah yang masih mengenal dan sempat merasakan kasih sayang mereka. Sayangnya, saya tidak begitu. Tetapi anak-anak saya mengalaminya, dan saya merasa sangat beruntung karenanya.
“Only different people change the world,” Granny used to say. “No one normal has ever changed a crapping thing.” 
Elsa sangat dekat dengan neneknya. Nenek selalu menjadi pembelanya nomor wahid. Jika semua orang tidak percaya pada Elsa, nenek jadi satu-satunya orang yang percaya. Jika ada yang memperlakkan Elsa dengan tidak adik, nenek akan membelanya. Nenek Elsa adalah orang yang sangat nyentrik dan memiliki imajinasi sangat tinggi. Dia selalu menceritakan tentang kerajaan di negeri The Land of Almost Awake. Jadi untuk pergi ke negeri tersebut, mereka harus menutup mata mereka setengah saja, jangan sampai merem banget.

Di negeri itu ada 5 kerajaan yang masing-masing beda dengan keunikannya. Elsa dan nenek bahkan memiliki bahasa rahasia sendiri yang hanya mereka yang mengerti. Namun saat penyakit mengalahkan nenek, Elsa mengalami kesulitan untuk menyukai nenek sebelum menjadi seorang nenek. Bahwa ternyata nenek adalah manusia biasa yang juga banyak berbuat salah, adalah hal yang cukup sulit diterima seorang anak kecil.
“Having a grandmother is like having an army. This is a grandchild's ultimate privilege: knowing that someone is on your side, always, whatever the details. Even when you are wrong. Especially then, in fact. A grandmother is both a sword and a shield.”
Tapi untungnya, Elsa yang berusia hampir 8 tahun ini adalah anak yang pintar. Dia sangat suka membaca. Dia selalu membaca buku berkualitas tinggi dan mencari kata yang sulit di Wikipedia. Bahkan saat orang salah mengartikan sesuatu, dia dengan cepat mengoreksi, sehingga orang dewasa di sekitarnya merasa terintimidasi dan mengatakan bahwa Elsa anak yang 'terlalu dewasa untuk usianya.'

Nenek mengirimnya dalam sebuah misi meminta maaf ke orang-orang yang tinggal di flat yang sama dengan mereka. Melalui misi itu, Elsa mulai mengenal satu-persatu penghuni flat dan memahami perilaku mereka. Elsa juga menemukan teman-teman baru, yang mungkin bagi beberapa orang terlihat 'tidak biasa', karena temannya adalah seorang mantan tentara dan anjing yang sangat besar.
“Because all seven-year-olds deserve superheroes. And anyone who doesn’t agree needs their head examined.”
Kisah Elsa dan neneknya dipadu dengan fantasi yang sangat kuat, membuat saya agak terseok-seok dalam membacanya. Kenapa? Ternyata otak saya sedang tidak bisa mencerna fantasi. Terakhir baca fantasi ya Harry Potter :D Lama yaa? Namun kalau dipaksa nerusin, ternyata asik juga kok. Apalagi dialognya yang kocak dan menghibur. Untuk ukuran anak kecil, dialog cerdas gitu bikin ngikik sendiri :)

So, buat yang suka cerita reality berbalut fantasy, cucok lah baca buku ini. Karena memang kadang ada yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi masuk aja ke dalam cerita. Make sense in a weird way ;)

Note: Ternyata tulisan ini sudah lama tersimpan di draft, baru ngeh kalau belum diterusin. :D


No comments: